Kamis, 01 Mei 2008

Dunia Anak

Dunia anak kadang aneh, kadang lucu, kadang menjengkelkan, kadang menghibur, kadang penuh ilmu, kadang ini, kadang itu, kadang … dan kadang-kadang yang lain. Mereka imut, lucu, penuh rasa ingin tahu, penuh kepatuhan dan sebagainya.

Temanku, sebut saja Risa -seorang guru di sebuah TK dekat tempat tinggalku- menceritakan pengalamannya bergaul dengan manusia-manusia cilik yang berusia TK. Suatu ketika Risa ingin menanamkan perbuatan baik kepada bocah-bocah TK binaannya itu. Dia menanamkan konsep kepada mereka, bahwa perbuatan baik akan membawa kebaikan untuk sesama dan berpahala yang pastinya akan mendapatkan sorga sebagai imbalan dari Allah SWT atas amal baiknya. Dan tentunya Risa pun telah menceritakan bagaimana kondisi sorga yang penuh dengan kenikmatan beserta sifat-sifatnya yang telah diberitakan lewat wahyu Allah dan sabda Rasul-Nya

Kemudian Risa bertanya kepada bocah-bocah tersebut dengan penuh semangat, "Anak-anak. Bu guru mau bertanya, siapa diantara kalian yang mau ke sorga?".

Secara serempak mereka mengangkat tangan, kecuali Reza, dia hanya diam dan tidak mengangkat tangannya. Melihat ada anak didiknya yang tidak mengangkat tangan, Risa bertanya dengan bahasa guru TK yang penuh kasih, "Reza… kenapa tidak mengangkat tangan sayang?".

Tadi bu guru bilang, kalau kita harus patuh kepada ayah dan ibu. Itu kan termasuk perbuatan yang baik. Ayah dan ibu bilang, kalau pulang sekolah Reza harus langsung pulang, tidak boleh ke mana-mana. Reza takut dimarahi ibu kalau harus mampir ke sorga.

Itulah dunia anak, kadang kita menanamkan konsep seperti ini, yang dia tangkap seperti itu. Ana-anak pun mempunyai sejuta pertanyaan, sejuta penasaran dan sejuta perasaan yang kita sendiri sulit untuk menjelaskannya.

Kita harus pandai dalam menanamkan konsep, memberikan pengajaran dan menanamkan perasaan agar rasa penasaran anak dapat terpenuhi dan tentunya yang dapat dicerna oleh akal dan pikiran anak-anak.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda "Kallimun Naasa biqadri 'Uquulihim". Bicaralah dengan manusia sebatas akal mereka mampu mencernanya.