Semua pasti tahu kaca spion. Dia minta untuk selalu dilihat, diperhatikan, selalu dan selalu. Boleh jadi ia memiliki sifat angkuh. Sebab keberadaannya memang dihajatkan manusia, minimal oleh bapak sopir dan pengendara motor yang baik. Namun begitu tanpa dia, arus transportasi tetap berjalan dengan baik, aman, tertib dan tentunya lancar juga. Mungkin andaikata dia punya mulut, tidak mustahil dia akan over acting mempertontonkan kebolehannya berdiplomasi di seminar-seminar atau forum-forum resmi hanya sekedar unjuk gigi mencanangkan sejilid konsep ideal yang (mungkin menurutnya) proporsional sambil berucap "inilah aku!". Dia sesumbar untuk eksistensi dirinya. Dia hidup karena kehidupan, bukan hidup untuk kehidupan.
Beda halnya dengan selempir pentil. Dia rendah hati, jujur dan lugu. Open management dan rela ditempatkan di tempat yang paling tak sedap sekalipun. Tahu sendri kan...? di dalam ban. Bayangkan saja, di dalam ban!.
Memang tak terlalu berharga bila ditukarkan dengan mata uang anak bangsa, paling-paling harganya tidak lebih dari Rp. 100. Tapi tanpa dia...? Bisa-bisa program Reformasi menjadi diam seribu bahasa. Begitu besar jasa, pengorbanan juga peranannya bagi kehidupan manusia, meski tak pernah minta perhatian, penilalian maupun imbalan. Apalagi sampai mengundang wartawan yang notabene "kewareken gosip" buat mengabadikan wajahnya di koran-koran atau mengumandangkan namanya di televisi-televisi nasional dan dunia. Dia berkiprah dalam diam dan diam untuk berkiprah. Dia hidup untuk kehidupan, bukan hidup karena kehidupan.
Sementara itu motto hidup "Bi Madza Ta'mal?" (dengan apa kamu bekerja), masih dapat diterima masyarakat. Sebab Ijazah (walau kadang palsu) masih dapat dipercaya, titel dan identitas formal lain masih merupakan barang antik dan harus dielu-elukan. Namun untuk masa selanjutnya, jika republik ini telah berkembang dewasa, ternyata motto tersebut akan menjadi bangkai. Lantas muncul motto baru yang lebih canggih, luwes, lugas serta intensitas relevansinya lebih akurat; "Madza Taqdiru An Ta'mala?" (apa yang dapat kamu kerjakan).
Disana, setiap individu mutlak dituntut agar konsekwen dengan amalnya dan bukan asal cuap doang. Nilai kepribadian dan kemandirian akan menjelma menjadi kriteria paling utama, terutama para ulama' dan tokoh masyarakat. Cara berpikir kaca spion akan tercampak dan unggullah manusia pentil dengan mentalnya yang teguh dan tegar.
Sabtu, 01 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar